Hidup Merdeka Tanpa "Terjajah" Omongan Orang

Masih dalam rangka perayaan hari lahir nya Bangsa Indonesia yang ke-75 Tahun. Pastinya segala suka duka telah di lalui bangsa ini. Bersyukur pada Allah SWT, kita terlahir pada masa kemerdekaan. Pernah terbayang gak sih kalau kita hidup di jaman penjajahan dulu. Boro-boro bisa nulis begini, sekolah aja enggak. Boro-boro mikirin sekolah, mikirin hari ini bisa hidup dengan selamat aja, sudah suatu anugerah.



Betapa sulitnya hidup di jaman perang dan dalam keadaan tertindas & terjajah! huffth…

Dalam suasana HUT Kemerdekaan RI yang ke-75 Tahun ini, saya ingin menulis tentang kemerdekaan dalam bentuk lain. Kalau dulu "merdeka" itu diartikan bahwa secara fisik kita tidak dijajah dan ditindas lagi oleh Bangsa lain. Dan kita sebagai bangsa bebas menentukan arah dan tujuan bangsa kita tanpa campur tangan bangsa lain.
Sedangkan kalau kemerdekaan dalam artian lain yang saya maksud adalah kemerdekaan diri terhadap "kejulitan" atau "Omongan Orang Lain".
pernah gak dalam hidup kita, apa-apa yang kita perhatikan adalah omongan atau tanggapan orang lain?

"Kalau saya nikah muda, nanti dikira hamil duluan"

"Nanti kalau nikahnya terlambat,  dibilang gak laku alias perawan tua!"

"Kok udah lulus tapi belum kerja ya?"

"Katanya kerja di perusahaan besar, kok masih pake motor sih, pake mobil dong!" 

"Sudah kerja 5 tahun, kok masih tinggal dirumah kontrakan!"

"Kok udah nikah lama tapi belum punya anak yaa?, jangan nunda-nunda lho!"

itu contoh-contoh omongan orang lain yang kadang bikin telinga dan hati kita panas bin kesel. Mungkin kalau satu kali, masih bisa kita terima. Nah kalau yang sudah kayak kaset rusak, omongannya diulang-ulang mulu... hajarrr!!!

Tenang.. jangan pakai emosi, dilemesin aja bro and sis. Yuuk bikin hati kita plong..

Memang komentar negatif atau omongan yang nyakitin itu terkadang sudah menjadi konsekuensi bagi kita karena kita hidup di dalam masyarakat yang beragam alias majemuk. Apalagi ditengah kebebasan menyampaikan pendapat dan berekspresi baik secara langsung maupun melalui sosial media seperti saat ini. 

Jadi kadang banyak kita temui orang dengan mudahnya berkomentar tanpa memikirkan akibat atau dampak negatif komentarnya tersebut terhadap orang lain.

Sebagai bagian dari lingkungan masyarakat yang beragam tersebut, tentunya kita tidak dapat mengontrol atau meminta orang lain untuk berfikir sama dengan kita dan berkomentar seperti apa yang kita inginkan. Jangankan masyarakat, kadang dengan pasangan kita saja masih sering berbeda pendapat dengan kita.

"Trus.. kita harus bagaimana?", "apakah kita mesti pasrah saja, apabila orang berkomentar negatif alias ngomong nyakitin ke kita?". Mungkin sebagian dari kita menjadi bertanya seperti itu.

"Lah.. terus mau kita hajar itu orang yang nyakitin kita?" atau "kita balikin berkomentar negatif bin pedes bin nyakitin ke mereka?". Kalau begini.. Jadi gak selesai-selesai dong dramanya.

Kadang saking kita gak tahan dengan komentar negatif dari orang lain, ingin rasanya kita menarik diri dari lingkungan masyarakat kita tersebut. Alih-alih mencari ketenangan hidup, menarik diri dari masyarakat malah akan menimbulkan masalah baru pada kepribadian kita. Tidak bisa, menarik diri dari masyarakat itu bukan solusinya.

Dikarenakan tidak mungkin kita menarik diri dari masyarakat dan memilih hidup menyendiri tanpa keberadaan orang lain. Maka saatnya kita berdamai dengan keadaan. Berdamai dengan keadaan bukan dalam artian pasrah bongko an atau merasa "ya udah mungkin emang nasib saya untuk diperlakukan seperti ini" atau malah menyalahkan diri sendiri dan menganggap diri ini buruk. Bukan ya..

Berdamai dengan keadaan adalah menerima bahwa komentar negatif ataupun omongan nyakitin itu pasti akan selalu ada, selama masyarakat itu ada. Kadang Kita melakukan hal benar saja masih ada aja orang yang nyinyir, apalagi kalau kita berbuat salah. Kita memaklumi adanya komentar negatif itu, namun kita dapat memfilter dampak negatif dari omongan atau komentar tersebut agar tidak menyakiti diri kita. Setuju, yes. 

Artinya kita dapat membentengi diri kita dari serangan "virus" atau " bakteri" yang muncul dari komentar negatif tersebut.

Dalam membentengi diri dari dampak negatif komentar orang lain tersebut, mungkin ada baiknya juga memahami mengapa orang dapat berkomentar negatif terhadap diri kita. 

Mengapa orang berkomentar negatif terhadap diri kita?

  • Sekedar basa basi. Karena ketiadaan bahan untuk obrolan, kadang orang cenderung untuk menanyakan hal-hal seperti: sudah nikah belum? kerja dimana? sudah punya anak berapa, dan lain sebagainya. Kalau alasan ini mungkin masih kita bisa maklumi.
  • Memotivasi agar kita menjadi lebih baik, namun cara nya kurang "pas" menurut kita. Terkadang omongan menyakitkan itu kalau kita terima dari sudut pandang yang positif, kadang ada kebenarannya juga. karena tidak semua omongan negatif memang untuk menyakiti kita.
  • Menganggap apa yang dikatakan itu hal wajar dan tidak menyakitkan bagi orang lain. Kadang kita juga tanpa sadar menginginkan orang lain itu berbuat sesuai dengan apa yang kita inginkan, padalah belum tentu itu baik bagi orang lain. Perlu di ingat bahwa resistensi setiap orang terhadap omongan negatif itu berbeda-beda. Ada yang memang "dableg" alias cuek, tapi ada juga yang sensitif alias mudah baperan.
  • Tidak mengenal dengan baik orang yang di komentari. Kadang banyak orang baru kenal atau baru tau tentang kita sedikit, sudah merasa paling tahu dan paling mengerti masalah hidup kita. 
  • Kepo alias ingin tahu banget tiap detail kehidupan orang lain. Banyak ni, karena level kepo nya sudah akut, jadi segala tindak tanduk orang, dia dikomentarin. 
  • Merasa iri dan dengki terhadap keberhasilan dan pencapaian orang lain. Rasa iri dan dengki pada seseorang akan cenderung membuat orang tersebut berusaha untuk menghilangkan kebahagiaan orang lain, kalau tidak dengan tindakannya, minimal dengan perkataan atau komentarnya yang negatif. Hal itu sengaja dilontarkan agar menyakiti dan membuat kita "down".
  • Terlalu banyak waktu luang dan ketiadaan kesibukan. Waktu "idle" yang banyak membuat orang terkadang melakukan hal yang tidak bermanfaat dan pada akhirnya membicarakan  keburukan orang lain.
  • ingin diperhatikan alias cari sensasi. Kalau ini berasa ngartis banget yaa..hahhaa. tetapi ya memang ada orang yang seperti ini.
pasti pada bertanya, memang penting ya perlu tahu alasan orang kenapa berkomentar negatif terhadap kita?

kalau menurut saya penting untuk mengetahui alasan atau reason behind orang berkomentar negatif terhadap diri kita. Mengapa? karena ketika kita mengetahui penyebab seseorang itu berkomentar negatif terhadap diri kita, maka kita pun akan memahami cara menyikapinya. 

namun perlu diingat bahwa sebelum kita mencari tahu alasan dari komentar negatif itu. Kita perlu pastikan bahwa tindakan yang kita lakukan itu tidak merugikan, tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain, serta tidak melanggar aturan atau norma yang berlaku.Jadi jangan sampai kita berbuat semaunya dan merugikan orang lain, tapi ketika ada komentar negatif, kita marah. Orang yang begitu, ke laut aja dah lu atau ke hutan atau sekalian aja ke antartika.. jangan balik-balik!

Lalu.. bagaimana cara kita membentengi diri dari dampak negatif komentar atau omongan orang yang "nyakitin"?

Dari beberapa sumber yang saya baca dan dari sharing dengan beberapa orang teman. Ada 10 hal yang dapat kita lakukan guna membentengi diri kita dari dampak negatif omongan atau komentar negatif dari orang lain terhadap diri kita. Boleh lho kita saling sharing disini. 

  1. Fokus pada tujuan hidup kita. Misal kita di tanya atau dinyinyirin karena belum nikah juga, padahal usia sudah matang (ini pengalaman pribadi..hehehe). dalam hal ini manusiawi kalau kita baper apalagi pertanyaan atau komentarnya  sudah cenderung mengganggu dan menyudutkan kita. Inget tapi bapernya jangan kelamaan.. c'mon cheer up!. Ingat tujuan kita menikah untuk apa, kita menikah bukan karena omongan orang, tetapi kita menikah untuk hidup bahagia dengan orang yang tepat. Kadang biasanya kalau yang ngomong nyinyir, pas kita balikin dengan "Yawda modalin gw nikah dong" atau "yawda cariin dong jodoh buat gue, satu". Malah diem sendiri dan kadang gak da solusi juga buat kita..hehehe. ketika ada yang julid "udah lama jadi manager, kok beli mobil murah siih?", malu ma jabatan!". Lah.. bodo amat, emang yang ngomong mau ngasih duit atau mau bayar cicilan mobil kita? kalau ada yang begini, mau deh di nyinyirin. hahahaa.
  2. Pahami dan kenali karakter dan pribadi kita (know yourself). Pahami dimana kelemahan dan kelebihan kita. Optimalkan kelebihan kita dan berusahalah perbaiki kelemahan kita. kita manusia biasa pasti tidak luput dari salah dan dosa. 
  3. Belajar men-filter komentar atau omongan yang sampai ke kita. Dengarkan masukan yang memang membuat kita menjadi lebih baik alias memotivasi kita. Kalau komentar-komentar yang hanya membuat kita down, sedih, menyalahkan diri sendiri, serta membuat kita berhenti berbuat baik, maka anggap aja angin dan ingat peribahasa "Guguk" Menggonggong Kafilah berlalu.  
  4. Hindari orang atau lingkungan toxic.  Kita memang tidak bisa menarik diri dari lingkungan masyarakat atau kehidupan bermasyarakat, namun kita berhak memilih lingkungan atau orang atau teman yang baik, dan tidak suka membicarakan keburukan atau mencari-cari kesalahan orang lain. tinggal kan!
  5. Cari lah lingkungan yang memberikan "positive vibes". Bergaul lah dengan orang dan Lingkungan yang memberikan kita energi positif, saling respect dan tidak melulu melihat orang lain dari sisi negatif atau kekurangannya. 
  6. hindari "overthinking", "negative thinking" dan "over sensitive". Ada kalanya komentar itu terasa negatif bagi kita, karena sudut pandang kita dalam melihat segala sesuatunya dari sisi negatif. 
  7. be open minded dan ambilah peluang dari komentar negatif tersebut. Jadi inget 2 orang youtuber berinisial "K" dan "YL" (disini saya bukan fans ataupun hater dari mereka berdua ya, netral aja). Berapa banyak komentar negatif ditujukan bagi mereka coba. Namun.. semakin orang berkomentar negatif, semakin banyak pula follower nya. Laah gimana enggak, orang yang nge"bully" sengaja banget buka channel mereka hanya untuk menghina atau "nyampah". yaa jadilah jumlah viewer makin meningkat dan pemasukannya makin banyak.
  8. Being Fabolous is the best revenge (Menjadi keren adalah pembalasan yang paling baik). Dalam hal ini kita tidak bicara soal penampilan fisik atau kekayaan materi, tetapi berbicara tentang bagaimana usaha kita untuk berbuat yang terbaik dan semaksimal mungkin dalam segala hal. Tentang bagaimana kita bisa menjadi the best of us tanpa harus menjadi orang lain. Yes you can!
  9. Bersyukur atas apa yang kita punya dan memanfaatkan semua potensi yang ada di diri kita.  
  10. belajarlah dari para orang-orang sukses yang berhasil keluar dari stigma buruk orang lainsaya sangat tersentuh ketika mengikuti acara motivasi di kantor saya, dalam acara itu kami disuguhkan video motivasi dari seorang penyandang disabilitas, tidak punya tangan dan memiliki 2 kaki yang kecil (karena tidak sempurna pertumbuhannya), namun menjadi motivator internasioanl terkenal dan memberikan motivasi bagi para orang yang normal dan berpendidikan tinggi. Dialah Nick Vujicic. Bayangkan berapa banyak cibiran, hinaan, under estimate bahkan penolakan dari orang-orang yang dia alami sebelum mencapai kesuksesannya, namun dia berhasil dan sukses.
Saya menyadari bahwa hal-hal diatas tidak lah semudah menuliskannya, namun dengan tekad yang kuat kita bisa kok keluar dari "penjajahan" omongan atau komentar negatif orang lain terhadap kita.

Maka teruslah berbuat baik dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, maka Allah SWT yang akan memberikan kebahagian bagi kita dari arah yang tidak kita duga.


Kebahagiaan itu bukan datang dari penilaian orang lain, namun kebahagiaan itu datang dari dalam diri kita dan ketulusan dari orang-orang yang mencintai kita.

Sekali merdeka tetap merdeka. Hidup merdeka dan nikmatilah  lah kemerdekaan ini tanpa harus merasa "terjajah" oleh penilaian dan komentar orang lain.

Salam. Merdeka!!


 














0 komentar