Sekolah Pertama Si Kecil, Kegalauan Si Emak

Masa pengenalan lingkungan sekolah sudah berlalu sejak satu bulan lalu. tepatnya di akhir bulan Juli semua itu dimulai. Masa dimana anak-anak usia sekolah kembali memulai hari nya sebagai seorang pelajar. masa dimana adaptasi terhadap lingkungan baru, aturan baru dan tentunya orang-orang baru dimulai. 

Berbicara hari pertama sekolah, tentunya hal ini berangkat dari persiapan yang lumayan hectic atau bahkan rempong beberapa waktu sebelumnya. Apalagi bagi orang tua yang baru pertama kali memiliki anak yang memasuki usia sekolah seperti saya. Perdana. Sudah pasti minim pengalaman, hanya mendengarkan cerita dari teman dan saudara. Yeah I'm worry and excited in same time

Semua persiapan seperti buku pelajaran, seragam, antar jemput dan perbekalan sudah aman & siap sedia. Oh betapa cepat sekali waktu berlalu, tak terasa si bayi imut sudah tumbuh menjadi seorang pelajar, seorang siswi SD kelas 1. Unyu-unyu membawa tas sekolah yang gede nya hampir sama dengan badannya. Gemas.


Ibu mengantarkan anaknya sekolah
www.istockphoto.com

Walaupun semua hal sudah saya persiapkan dengan matang,  ternyata  itu tidak membuat hati saya benar-benar tenang menghadapi masa sekolah ini. Ada saja yang bikin deg-deg an dan was-was. Yaah... saya khawatir justru dengan si imut anak kecil yang sudah jadi pelajar ini. 

apalagi saya  terpaksa menjadi seorang single mom dalam masa persiapan sekolah ini, karena saya dan suami menjalani long distance marriage sejak 2018 lalu. Kebetulan si ayah belum bisa pulang bulan itu. Jadilah saya single fighter menjadi pejuang emak-emak rempong mempersiapkan hari pertama sekolah. hhehehe. 

Dimasa persiapan ini entah kenapa saya selalu khawatir dengan banyak hal terkait kesiapan anak saya dalam menghadapi masa sekolahnya ini. Macam-macam muncul didalam pikiran. 

"Anak saya bisa tidak yaa beradaptasi?" 

"gimana kaalu temannya ada yang nakal?"

"gimana kalau dia gak betah dan nangis ditengah pelajaran?"

bisa gak yaah dia ke toilet sendiri? ceboknya gimana? 

dan bla... bla...

semua itu selalu berputar-putar di kepala saya. tak ayal beberapa minggu  sebelum masa sekolah dimulai, kepanikan melanda. sampai vertigo. hehheehe

Tidak mau pening sendiri, saya utarakan kepanikan saya ini ke suami. panjang lebar saya curhat, namun suami hanya bilang " sudah gak usah terlalu dipikirin.. lebay amat, nanti dia juga bisa sendiri". sebagai emak-emak yang ingin curhat, jawaban seperti itu gak banget. gak bikin tenang. malah kesel. 

di tengah situasi ini, saya mencoba untuk  tenang dan berfikir jernih. saya bertanya dengan teman dan sepupu saya yang sudah memiliki pengalaman sebelumnya. Setelah sharing dengan mereka, lumayan sedikit menenangkan hati saya. mereka bilang, wajar namanya juga baru pertama kali punya anak usia sekolah. Jalani saja  dan selalu komunikasi dengan guru kelasnya. 

padahal suami saya juga bilang begitu yaah... hehehe, yaah namanya juga wanita terkadang lebih suka mendengarkan orang lain yang lebih memahami perasaannya 😁

memang perasaan saya sedikit tenang saat itu, namun semakin mendekati masa sekolah, persaan panik tersebut kembali melanda. Overthinking gak berkesudahan. sebagai seorang terpelajar juga.. cieee, saya tidak ingin berkutat pada overthinking ini. saya browsing artikel-artikel mengenai persiapan bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Salah satu artikel yang saya baca adalah mengenai ciri-ciri anak siap sekolah. 

Dalam artikel itu dijelaskan beberapa poin tanda anak siap sekolah. Beberapa poin saya centang " checked" tanda anak saya sudah bisa. Namun ada satu poin yang membuat khawatir lagi yaitu mengenai "anak bisa menggunakan toilet dan membersihkan diri setelah menggunakan toilet a.ka cebok sendiri". Waduuuhhh.

saya memang sudah mengajarkan si kecil untuk bisa cebok sendiri sejak dia masih TK. kalau buang air kecil sudah bisa, tetapi  yang masih belum benar-benar bisa itu untuk membersihkan diri setelah buang air besar. berkecamuk lah dalam diri saya, aduh gimana kalau tetiba si kecil kebelet mau buang air besar ketika jam pelajaran. Pasrah. 

tak ayal kegalauan itu terus berputar dikepala. saya berusaha tenang dan tidak mau memikirkannya terlalu dalam. saya coba menguatkan diri saya bahwa semuanya baik-baik saja. Tetap saja galau makin menjadi-jadi.

Karena tinggal satu minggu lagi masa sekolah dimulai. tidak ingin semakin larut dalam kegalauan ini, saya japri ibu guru kelasnya bahwa si kecil belum bisa sepenuhnya untuk membersihkan diri setelah buang air besar. untuk itu saya minta ibu gurunya mendampingi si kecil. Asli sampai segitu paniknya, sampai-sampai ibu guru kelasnya saya japri untuk urusan seperti ini. maaf yaah ibu. 

ibu guru pun memberi jawaban, beliau bilang bahwa saya mesti tenang saja karena insya Allah anak saya nanti ketika sekolah nanti sudah bisa mandiri. Yeah... lagi-lagi feedback seperti ini tidak meredakan keresahan saya. 

Di tengah kegalauan ini, saya perhatikan si kecil yang menjadi aktor utama dalam masa pengenalan sekolah ini. Anaknya tenang-tenang saja tuh. tidak tampak aura kegalauan dalam diri si kecil. santuy. entah memang karena dia belum sepenuhnya mengerti atau pada dasarnya memang anaknya cuek. entah lah. 

Akhirnya saya coba diskusi dengan si kecil tentang keresahan saya. karena memang sejak anak sudah lancar berbicara, saya dan ayahnya suka membiasakan diri untuk diskusi dengan si kecil. apapun itu, terutama hal-hal yang menyangkut diri si kecil. kami tidak pernah anggap dia anak kecil dalam diskusi. 

Beginilah kiranya diskusi penting itu. 

Mama : "Giya... mama ini bingung lho ketika giya sekolah nanti. Kalau kebelet pipis atau pup gimana yaa?

Giya: "yaa... aku tinggal ke toilet aja mama" sambil nyengir. 

Mama: sambil nelen ludah denger jawabannya hahaha a.ka. salah pertanyaan. lanjut "terus ceboknya gimana?"

Giya: "Aku tinggal pencet aja toilet nya , trus aku siram deh bekas pipis aku itu pake semprotannya" (jawab enteng sambil main hp)

mendengar jawaban si kecil yang super santuy itu. saya hanya manyun sambil berfikir benar juga kenapa kok pake ribet. baiklah. 

Tertegun dengan jawaban simple dari giya. Huffh tersadar betapa hidup ini tak serumit pemikiran overthingking dalam kepala saya. Simple saja. Jalani. Toh semuanya sudah dipersiapkan. Yuuk semangat.

Oke deh giya, mama siap mengantarkan kamu belajar dan raih cita-cita. Makasih yaah sudah jadi support system mama.

Alhamdulilah Tak terasa sudah mulai menginjak bulan kedua sekolah. Semua berjalan dengan lancar. Giya enjoy. Sudah punya teman banyak. Mama juga merasa aman dan tenang.

kesimpulannya, anak itu ternyata tidak se "lemah" yang kita kira. terkadang justru ketakutan kita sebagai orang tua yang membuat batas untuk anak kita sendiri. khawatir boleh saja tetapi jangan berlebihan. lakukan saja dengan semaksimal mungkin. Lalu percaya pada anak kita dan yang paling penting serahkan segalanya kepada Allah Swt. Insya Allah semuanya lancar. Setuju!


Minggu siang, 4 September 2022. 















0 komentar