Cermin Diri

Banyak berita beredar yang mengumbar aib dan keburukan orang lain beberapa hari belakangan ini. spekulasi dan asumsi beredar, semakin membuat simpang siur dan tidak jelas akan kebenarannya. ada yang menghubung-hubungkan tiap kejadian sebagai tanda bahwa berita itu benar adanya. entah hanya kebetulan saja ataupun memang ada hubungannya, kita juga tidak tahu.  

Dengan beredarnya pemberitaan ini, lalu munculah tanggapan dari berbagai pihak. Ada yang curhat tentang apa yang dipikirkannya. Ada yang menunggu klarifikasi dari yang bersangkutan dan ada pula pihak yang mencoba mencari "panggung" ditengah kekisruhan ini. Namun, yang lebih membingungkan adalah pihak keluarga yang mestinya menutupi aib, malah membongkarnya dengan sukarela dihadapan media. seriusan, saya tidak habis pikir. 

Sejujurnya memang ada rasa kepo dalam diri saya tentang berita ini. Ada rasa tidak percaya, ada rasa miris dan muncul pula rasa sesal mengapa harus ikutan mikirin kasus yang gak ada hubungannya sama sekali dengan diri saya. aneh ya. 

Kalau buka media sosial, pasti ada saja yang membahas kasus yang sedang hangat ini. Apalagi kalau buka laman perlambean itu. wow... tingkat kekepoan saya semakin meningkat 100%, kalau tidak di stop. Ya sudah tau ujungnya gimana. Habis waktu hanya untuk mencari info lebih banyak tentang kasus ini. Pertanyaannya, ada kah manfaat untuk diri ini? jawabannya pasti tidak dong. habisin kuota malah iya...wakakaakk. 

Memang seru siih mengulik kehidupan orang lain itu, terutama kehidupan seorang yang terkenal, contohnya artis. kayaknya happening banget gitu, kalau kita tau banyak tentang yang lagi viral saat ini. Seperti nagih gitu kan. hahahaa

Namun ada benarnya juga ya segala yang seru itu belum tentu baik dan ada manfaatnya. hahaha seperti keseruan mengulik kehidupan orang lain ini. coba bayangin dong. kita lihat di Insta*ram. Satu pemberitaan namun dengan ratusan komentar. Macam macam komentar. semuanya berkomentar seakan paling tahu dan paling benar pemikirannya.

saya termasuk netizen yang sukanya sebagai silent reader aja, jarang banget meninggalkan pesan di kolom komentar. paling juga nge"like" or nge"love" saja. kadang juga hanya ketawa sendiri ngeliat komentar netizen yang lucu-lucu alias nyeleneh. Bahkan kadang lebih serunya lagi, sesama komentator tapi saling bully. Hadeuuh.

Entah apa tujuan nya berita tersebut dimunculkan. yang jelas, kita sebagai netizen budiman sudah sebaiknya bijak dalam menyikapi hal ini. Jangan sampai informasi yang beredar luas ini membuat kita mendadak menjadi seorang "hakim" bagi kehidupan orang lain. 

kecenderungannya saat ini, banyak orang yang dengan mudah menghakimi dan men"judge" orang lain, seakan dirinya paling tahu kehidupan orang lain tersebut. padahal informasi yang didapat pun sumbernya bisa jadi hanya dari media sosial bukan berdasarkan penglihatan atau bukti empirik yang memang bisa di pertanggungjawabkan kebenarannya. 

sering kita dengar kata-kata " jadilah netizen yang cerdas". menurut saya cerdas itu bukan hanya tidak gampang percaya hoax, namun juga cerdas dalam memberikan komentar dan mengutarakan pemikirannya terhadap suatu hal. 

Dalam dunia peradilan saja ada istilah "presumption of innocent"  (praduga tak bersalah)  terhadap seorang terdakwa. Apalagi terhadap kehidupan orang lain, yang kita tidak tau cerita asli dibalik layarnya. 

Asas praduga tak bersalah ini membuat seorang hakim menjadi lebih bijak dalam melihat bukti-bukti yang ada sehingga putusan yang diambil bisa mencerminkan keadilan. 

Bisa dibayangkan, apabila seorang hakim sudah memiliki prasangka buruk terhadap terdakwa, maka seberapa banyaknya bukti-bukti yang diajukan walaupun meringankan terdakwa, maka hakim tidak mau mempertimbangkannya dan langsung memutuskan terdakwa tersebut bersalah. 

sama seperti kita, terkadang informasi itu kita telan mentah-mentah tanpa dipikirkan terlebih dahulu. dengan berbekal informasi viral media sosial dan asumsi, pikiran kita langsung mengarah ke judgement. 

pertanyaan yang harusnya selalu muncul dibenak kita ketika kita hendak menilai kehidupan orang lain. Sudah kah kita melihat cermin, lalu bilang, "sudah baikkah diri ini? sehingga mulut dan jari ini dengan lantangnya berkomentar seenaknya?" sudah kah kita menjadi hakim yang adil untuk diri kita sendiri?

Apakah kita sudah yakin bahwa kita lebih baik dari orang yang diberitakan itu? atau karena memang Allah menutupi aib kita saja, makanya kita terlihat baik?

manusia itu adalah tempat salah dan dosa. manusia itu juga punya khilaf. hanya Tuhan yang berhak untuk menilai seorang itu baik, buruk, alim, munafik ataupun khianat. Karena sifat kemanusiaan kita inilah, Tuhan memberikan kita akal & pikiran agar dapat dipergunakan untuk menuntun kita dalam berbuat sesuatu. Berbuat yang terbaik selama kita hidup. 

cukuplah pemberitaan itu menjadikan kita lebih introspeksi diri untuk selalu berusaha berbuat yang terbaik dalam setiap sisi kehidupan kita. berbuat salah dan khilaf itu wajar, namun bukan berarti menjadi pembenaran bagi diri kita untuk membiarkan diri kita terbuai dengan "kekhilafan tersebut". 

Biarlah orang yang khilaf itu mendapat konsekuensi atas segala perbuatannya. sedangkan kita, cukup tahan diri kita untuk tidak berkomentar buruk tentang orang lain. karena setiap manusia ada kalanya diatas dan ada kalanya dibawa. mungkin saat ini kita aman saja, namun di lain waktu bisa saja kesalahan itu justru kita yang melakukannya. 

Cukup tahu informasi. lalu bercermin pada diri kita. Perbaikilah diri kita sendiri dulu tanpa perlu menghakimi orang lain. 

sederhanakan hidup kita, dengan memikirkan hal-hal yang memang menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita. 

sekedar pemikiran... 👌😃




 









2 komentar

  1. halo kak, baru baca 3 artikel kakak nih. udah mantap kak kontennya. kebanyakan pure buah pemikiran dan pengalaman sendiri kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo kak.. makasih yaah sudah mampir ke blog ku yaah. Iyaa kak lebih banyak pemikiran dan pengalaman sendiri kak..hehee lebih leluasa curhat lewat blog ini

      Hapus