Saya tergelitik dengan sebuah quote yang saya baca di sebuah postingan di Inst*gram beberapa hari yang lalu. Terlihat gambar lamborgini yang usang dipenuhi lumut dan tumbuhan liar yang berada di dalam hutan belantara dengan caption “tidak peduli sebaik apapun dirimu, jika berada di tempat yang salah, potensimu akan sia-sia”.
Terlintas
dibenak saya 2 hal ketika membaca postingan itu. Pertama, bisa jadi seseorang itu menyadari
dirinya memiliki potensi, namun potensi tersebut tidak berkembang karena berada di circle yang mungkin kurang
sportif atau bahkan berada di lingkungan toxic yang sengaja mematikan potensinya
itu.
Atau kedua,
memang pada dasarnya seseorang itu tidak menyadari potensi yang dimiliki
sehingga tidak berupaya mengembangkannya. Bisa jadi karena memang dia berada
dilingkungan yang sudah ter-mindset dengan potensi tertentu. Sehingga dia menganggap
bahwa potensi itulah yang memang ada dalam dirinya.
Kalau kamu lebih cenderung ke pemikiran yang mana kalau melihat postingan diatas?
Kalau saya
pribadi, lebih cenderung ke pemikiran pertama. Saya rasa banyak orang sadar
bahwa dirinya memiliki potensi yang dapat terus dikembangkan, namun karena berada
dilingkungan yang kurang mendukung atau bahkan menghambatnya, maka potensi itu pada
akhirnya stagnan dan bahkan “hilang”.
Karena
pada dasarnya, potensi itu harus diasah sehingga memberikan impact
positif bagi dirinya maupun lingkungannya. Namun pada kenyataannya tidak
sedikit orang, potensi nya stagnan hanya karena tetap bertahan di lingkungan yang
tidak mendukung.
Misalnya saya
ambil contoh seorang pekerja atau karyawan. Karyawan ini bekerja di bidang
pengembangan sumber daya manusia (HRD) dimana daily job nya lebih banyak
mengurusi payroll atau bagian penggajian karyawan, kompetensi yang dimilikimnya lebih berhubungan
dengan angka, analisis data dan tentunya komputerisasi (excel) yang mumpuni,
kalaupun komunikasi lebih sifatnya teknis.
Tapi disisi
lain didalam dirinya, dia memiliki ketertarikan dibidang pelatihan karyawan
yang lebih menuntut kemampuan komunikasi dan public speaking yang baik didepan
para audience.
Dalam hal
ini, scope dia adalah sebagai seorang HR payroll sedangkan potensi dia
mungkin menjadi seorang public speaker atau trainer. Lalu lingkungan seperti apa
yang mungkin membuat potensi dia stagnan atau yang dibilang lingkungan yang
salah tadi?
Narasi
pertama, tidak ada kesempatan baginya untuk dapat mengajukan exposure ke bagian
lain (rotasi) atau lingkungan yang “emang untungnya buat elu apaan kalau punya
potensi itu” atau bahkan berada dalam lingkungan yang toxic dimana sistem yang
dibangun dikantor masih sifatnya otoriter atau bahkan tidak peduli dengan
pengembangan karyawannya. Pokoknya ya kerja sesuai dengan job description saja.
Narasi pertama ini jelas adalah lingkungan yang salah.
Sedangkan
narasi kedua seperti ini. Lingkungan kerjanya memungkinkan dia untuk di
rotasi ke bagian pelatihan karyawan (HR Training) sebagai bagian dari pengembangan karirnya kedepan atau
dia diberi kesempatan untuk menjadi seorang trainer ataupun MC di acara
kantornya atau dia diberikan kesempatan rutin melakukan presentasi di depan
para leader untuk mengukur kemampuannya dalam public speaking. Yaa tentu saja Lingkungan ini adalah
lingkungan yang positif dan baik bagi pengembangan potensi karyawan.
Kalau begitu karyawan yang berada di lingkungan dalam narasi kedua, pasti potensinya dapat berkembang dan menjadi sesuatu?
Jawabannya
ternyata belum tentu…
Lingkungan yang suportif itu lebih tepatnya sebagai sarana atau kendaraan kamu untuk berkembang. Namun sebagus apapupn kendaraan itu, namun kita tidak tahu cara memanfaatkannya, makanya kendaraan itu pun tidak akan berjalan dan membawa kita melaju ke tujuan yang kita inginkan.
Artinya tidak
melulu soal lingkungan kamu mendukung atau tidaknya, namun semua itu terletak
pada keputusan kamu ingin berkembang atau ya begini-begini saja. Saya tidak
bilang begini-begini saja tidak baik, ya kenyataannya banyak juga orang yang
memilih untuk begini-begini saja.
Namun apakah
defaultnya manusia itu adalah stagnan? Bukankah kita terlahir sudah memiliki
potensi? Lalu mengapa potensi yang kita sadari itu tidak dikembangkan? apakah kamu tidak ingin meningkatkan value dirimu sendiri?
Karena lingkungan kamu tidak mendukung? kalau begitu mengapa masih bertahan? Kamu bertahan buat apa? Apakah semua
itu pantas untuk dipertahankan? siapkah kamu menyesali diri ketika kamu menyadari bahwa kamu layak untuk mendapatkan yang lebih dengan kamu mengembangkan potensi mu?
Pertanyaan
diatas itulah yang selalu muncul dalam benak saya selama 2 minggu ini. Karena saat
ini saya sedang berada di lingkungan kerja yang memang sepertinya punya tujuan untuk membuat
saya stagnan alias tidak berkembang secara karir. padahal jenjang karir yang jelas adalah bagian dari employee appreciation & employee retention.
Memahami kondisi ini sudah tidak kondusif bagi saya dan tidak dapat dipungkiri bahwa keputusan
manajemen ini membuat saya agak insecure dan kecewa karena seolah performance
& potensi karyawan tidak dihargai. Saya tetap berusaha melihat dari sisi
yang positif, karena pada dasarnya sesuatu yang kita anggap buruk saat ini pasti
ada hikmah dan kebaikan didalamnya. Insya Allah, Aamiin.
dengan melihat postingan di
IG tadi tentang lamborghini di hutan belantara diatas, membuat saya memahami bahwa sudah saatnya saya bangkit
untuk mengembangkan potensi saya sendiri. Dengan tidak membiarkan diri saya larut dan makin terkubur dalam hutan belantara ini. Siapapun tidak berhak untuk mengubur potensi orang lain dengan alasan apapun. Kamulah yang menentukan. Kembangkan atau lupakan.
Jadi, apa pilihan saya?
Saya memilih untuk mengembangkannya. Saya sadari saya masih sedikit dalam fase denial saat ini, namun saya pastikan hanya sebentar. Bersiap untuk bangkit. Menerima tugas baru ini sebagai challenge bagi diri sendiri. Dengan tujuan bukan untuk apresiasi dari atasan atau perusahaan, namun sebagai bentuk penghargaan bagi diri sendiri yang sudah mampu melewati fase ini dengan bijak.
Lalu rebranding diri dengan value untuk masuk ke dalam circle lain yang lebih kondusif untuk proses pengembangan potensi saya. Memang saya tidak bisa menjamin apakah cirle lain itu akan lebih baik dari yang sekarang. Ya, apa salahnya mencoba, toh circle yang saat inipun sudah menjadi hutan belantara bagi lamborgini seperti saya. 😊
Tulisan ini
adalah motivasi bagi diri sendiri dan juga untuk siapapun dia yang mungkin saat ini
berada dalam circle yang kurang mendukung atau bahkan tidak sportif. Percayalah semua itu adalah bagian
dari journey of Self-development diri kita. Keberhasilan dan kesuksesan diri
adalah tanggung jawabmu sendiri. So bangkit dan buktikan!